04 Maret 2008

DAMPAK PSIKOLOGIS MASA PUBERTAS

Secara biologis, pubertas dapat dikatakan sebagai masa dimana sel-sel dan hormon-hormon berkembang dengan cepat, terutama hormon reproduksi. Hormon reproduksi mulai berfungsi dan siap untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Secara teoritis, masa pubertas adalah suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak hingga datangnya masa awal masa dewasa. Oleh karena itu, terdapat keragaman dalam menetapkan batasan dan ukuran tentang kapan dimulainya dan kapan berakhirnya masa pubertas itu. Pada umumnya masa pubertas pada anak perempuan dimulai sejak umur 11-14 tahun dan ditandai dengan menstruasi. Sedangkan pada anak laki-laki pubertas dimulai sejak umur 12-15 tahun dan ditandai dengan mimpi basah (polusi) pada pertama kali. Tidak jarang pada anak perempuan maupun pada anak laki-laki mulainya masa pubertas ini terjadi lebih lambat. Hal ini bukan disebabkan karena kelainan melainkan hanya keterlambatan sistem hormon-hormonnya saja. Pubertas berakhir setelah seseorang menginjak usia dewasa awal, yaitu ketika seorang individu tersebut telah selesai melakukan tugas-tugas perkembangan pada masa remajanya. Ketika hormon-hormon reproduksi sudah sangat siap dan matang untuk menjalankan fungsinya. Masa dewasa awal terjadi baik pada anak perempuan ataupun pada anak laki-laki, ketika mereka menginjak umur 19-20 tahun.

Anak yang mengalami pubertas laju perkembangannya secara umum berlangsung sangat pesat dan sangat menonjol perubahan fisiknya. Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering kurang seimbang, termasuk otot-otot dan tulang belulangnya. Kemudian yang terlihat dengan jelas adalah munculnya ciri-ciri sekunder. Yaitu pada anak perempuan tumbuh bulu-bulu halus pada daerah tubuh tertentu, terlihat payudara yang mulai tumbuh dan postur tubuhnya terlihat berisi dan lebih besar daripada postur tubuh anak laki-laki seusianya (karena memang perempuan mengalami pubertas lebih awal daripada laki-laki). Sedangkan pada anak laki-laki, yaitu perubahan yang terlihat jelas adalah munculnya bulu pada daerah tubuh tertentu, munculnya jakun pada lehernya, suara berubah menjadi lebih berat (karena sebelum laki-laki mengalami pubertas, suaranya hampir sama dengan suara perempuan), postur tubuhnya berkembang dengan cepat sehingga melebihi postur tubuh perempuan. Kemudian, tidak jarang timbul bercak dan jerawat pada wajah mereka. Baik itu laki-laki maupun perempuan.

Selain aspek fisik tersebut, pubertas juga membawa dampak psikologis. Para orang tua atau masyarakat cenderung menilai para remaja yang sedang mengalami pubertas selalu mambuat tingkah polah yang “aneh-aneh” dan negatif. Padahal sebetulnya tidak selamanya masa pubertas membawa dampak psikologis yang negatif. Seperti anak yang mengalami masa pubertas kecakapan dasar intelektual umumnya menjalani laju perkembangan yang terpesat; proses berfikirnya sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal; penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukannya sudah didasari atas pertimbangan dari dirinya sendiri, bukan lagi atas tuntuntan-tuntutan dari luar; dan lebih berempati terhadap orang lain. Selain dampak positif tersebut, memang tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat pula dampak negatif yang ditimbulkan oleh masa pubertas para remaja. Seperti, cenderung bersifat pembangkang dan nakal, ini dikarenakan adanya sifat ingin bebas dan melepaskan diri dari orang tua; reaksi-reaksi dan ekspresi emosinya masih labil dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira, atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dalam tempo yang cepat. Selain itu juga, terdapat beberapa sifat yang sebetulnya wajar, tetapi karena kekhawatiran yang berlebihan dari para orang tua, jadi dianggap sebagai dampak yang negatif. Seperti, anak tersebut merasa sudah dewasa dan mempunyai keinginan yang besar untuk berkuasa. Jadi menyebabkan ia lebih suka bergaul dengan orang yang lebih dewasa; sudah mulai menyukai lawan jenis; kemudian si anak mulai menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik dan fantastik.

Masa pubertas merupakan masa kritis. Dalam menghadapi krisis identitasnya sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya yang akan membentuk kepribadiannya. Bagaimana agar menciptakan kepribadian yang baik dan identitas yang positif bagi anak tersebut? Ini merupakan upaya dari para orang dewasa dalam mengikuti perkembangan masa pubertas anak tersebut. Jadi orang dewasa mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk kepribadiannya. Apabila orang dewasa tidak dapat mengikuti perkembangan masa pubertas pada anak remaja, maka perkembangan remaja tersebut akan terhambat dan tidak berjalan dengan baik. Khususnya pada aspek psikologis. Seperti, apabila seorang remaja yang yang sedang berkembang, tetapi masih dianggap dan diperlakukan seperti anak-anak oleh orang tuanya. Maka anak tersebut, akan menjadi kekanak-kanakan dan manja jika ia menginjak dewasa. Selain itu orang dewasa juga memerlukan kesabaran dan pengertian penuh dalam menghadapi anak tersebut, supaya ia tidak terjebak dalam “lubang hitam” dalam pencarian identitas dirinya. Anak harus memiliki lingkungan yang kondusif. Haruslah diperhatikan lingkungan yang terkecil dulu, yaitu keluarga. Jagalah lingkungan keluarga yang sejahtera, jagalah komunikasi antar anggota keluarga, dan hindarkan konflik antara anggota keluarga. Hal ini haruslah diperhatikan agar anak merasa betah di rumah, dan tidak mencari pelarian ke dunia luar. Setelah itu para orang tua juga haruslah membimbing anak-anaknya supaya mereka tidak salah bergaul.

Tidak ada komentar: