31 Oktober 2008

bingung..

Aku berusaha untuk percaya akan semua yang pernah kau ucapkan
Walaupun kamu tak pernah memintaku untuk mempercayainya

Hati ini tak perlu bukti dari perbandingan
Hati ini telah membuktikan dengan keyakinan

Namun apakah hatimu telah yakin?
Hingga tak perlu lagi mencari bukti dengan perbandingan?

Lelaki itu

Kira-kira 13 tahun yang lalu tepatnya waktu saya umur 9 tahun, saya melihat seorang laki-laki bertubuh tinggi kurus, berkulit ya lumayan putih untuk seorang laki-laki, berseragam putih abu-abu. Saya melihatnya sedang duduk termenung disebuah taman. Tanpa sadar waktu itu teman-teman saya menegur "hei, kamu ngapain sih ngeliatin aa itu terus?"
"ga apa-apa koq." jawabku..

Waktu bergulir.. tak terasa SMP, SMA, dan sekarang lagi mumet-mumetnya mau ujian semester.
Tak terasa saya sudah duduk di bangku kuliah.

Suatu ketika ketika saya sedang menunggu bis di depan kompleks rumah, saya melihat sosok laki-laki yang nampak tak asing. Setelah saya putar otak, Ya, dia yang waktu itu duduk ditaman. Wajahnya nampak samar karena terhalang kaca mobil yang silau. Namun aku yakin, ya itu dia orangnya, laki-laki yang telah mengganggu pikiran semenjak saya kecil. Dia tampak gagah sangat berbeda dari yang dulu. Pasti sekarang dia sudah kerja.

Semenjak kejadian itu, setiap pagi saya semangat pergi ke kampus, berharap akan dapat melihatnya lagi di depan kompleks. Saya pasang incer-incer jam 07.15 dia keluar dari dalam kompleks. Setelah lama, saya berpikir, dimana ya rumahnya? Pasti satu kompleks.

Tanpa ada niat untuk mengetahui rumahnya. Yang ada dipikiran hanyalah menunggunya lewat jam 07.15 di depan kompleks. Suatu pagi saya terlambat, bangun jam 07.00.. Ahh, ga mungkin bakal keburu untuk menunggunya di depan komleks, lagipula ga ada kuliah. Dengan sambil males-malesan kubuka jendela kamar, ketika sedang menikmati segarnya udara pagi, tiba-tiba dari kejauhan kulihat mobil biru yang sangat-sangat familiar. Haaah... ternyata laki-laki itu lewat depan rumah saya tiap hari?

Akhirnya setiap hari saya menunggunya lewat depan rumah.. Hingga semua orang dirumah saya tau, mulai dari mama hingga adik. "Teh, lewat tuh.." begitu komentar adik saya ketika melihat mobil lelaki itu.

Suatu saat mama saya berkomentar "Teh, udah atuh.. jangan disia-siain hidup tuh. Ngapain mikirin, nungguin laki-laki yang ga jelas" Saya hanya menanggapinya dengan senyum..

"Teh, Didi tau rumah laki-laki itu?" kata adikku membuyarkan konsentrasiku untuk melihat mobil biru berplat D 77 GR itu.
"Oya, anter teteh atu Di, pengen tau." kata saya dengan bersemangat.
"Ga usah ya teh." Sambut Didi kemudian.

Akhirnya setelah memaksa Didi, ia mau mengantar saya ke rumah laki-laki itu. Waktu itu hari minggu, hari libur dia pasti dirumah, pikir saya tak sabar.
"Itu teh rumahnya." kata Didi
Perasaan senang berganti jadi heran. "Di, mereka itu siapa?" sambil menunjuk seorang perempuan dan seorang anak lelaki yang kira-kira berumur 2 tahun.
"Ya itu istri sama anaknya atu teh.."

Entah kenapa saya merasakan kekecewaan yang begitu dalam.. Lebih dalam dari rasa kecewa saya karena ga keterima SPMB, lebih dalam dari rasa kecewa saya karena ga diijinin midnight sama Mama, lebih dalam dari rasa kecewa yang pernah saya rasakan sebelumnya. Saya menangis dan adik saya hanya berkata "Kata Didi juga ga usah kesini.."


Cerpen ini hanya sekedar cerpen, jika ada kesamaan nama, tempat, dsb hanyalah iseng-iseng belaka. (alagh... apa sih gw??)

26 Oktober 2008

Hei..

hei..
Mengapa kau terdiam?
Tanpa ada sebuah kepastian?

hei..
Apakah kau menunggu?
Ya, lebih dari sekedar menunggu?

hei..
Jangan terlalu bermain di perasaan
Pindahkan kegundahanmu ke atas,
ke logika yang nyata, bukan perasaan yang naif

hei..
Ayo bangun..!!
Kau sudah tertinggal..!!

08 Oktober 2008

Pasangan hidup

Seorang sahabatku punya cerita baru, ia baru kenal dengan seorang pria 3 minggu yang lalu. Tiba-tiba pria itu berniat serius untuk menjalin hubungan yang lebih serius, pria itu ngajak sahabatku untuk nikah.
Sahabatku bingung campur senang, "Aku belom pernah ketemu Ves, tapi dihati aku aku ngerasa yakin."
"Apa yang harus dibingungin?" Tanyaku.
"Ya aku bingung, gimana kalo ternyata nanti pas kita ketemu keyakinan itu hilang dan dia jadi ga sreg sama aku." Jelasnya.

Begini ya sahabatku, saudaraku cantik..
Nggak bisa dipungkiri fisik itu pasti yang pertama diliat. Tapi fisik yang sempurna, wajah yang ganteng atau cantik, itu semua akan luntur setelah kita melihat karakter dan kepribadian orang itu.
Aku pernah baca dan denger ada kata-kata gini:
Kalo seseorang mutusin untuk nikah, apa yang dilihat dari pasangan hidupnya?
Cewek: Karakter dan kedewasaan si cowok
Cowok: Sifat keibuan dan kepribadian si cewek

Coba aja kamu inget-inget ya sahabatku, waktu kamu SMP atau SMA dulu, kalo ditanya kriteria cowok, apa yang kamu sebut? Pertama pasti kata 'Ganteng' yang keluar dari mulut kamu.
Tapi baru kemaren-kemaren ini aku tanya sama kamu gimana kriteria calon suami kamu, apa yang kamu bilang? Kamu bilang 'Sholeh, bisa ngertiin aku, dll..'
Tuh kan.. Artinya apa? Kamu pasti bisa ngartiinnya..

Kita sebagai perempuan yang udah berorientasi kesana, yang punya cita-cita mulia untuk beribadah, membangun kehidupan baru sama sesosok pasangan hidup yang Allah kasih buat kita, hanya bisa berbuat 2 hal:
1. Jadilah pribadi yang sebaik mungkin, walaupun kepribadian kita beda-beda, tapi berusahalah untuk jadi perempuan yang 'baik' tanpa dibuat-buat lho.. Maksunya jadilah diri kita apa adanya, tapi bentuklah diri kita ini sebaik mungkin, karena setiap laki-laki pasti liat innerbeauty kita.
2. Berdo'a agar Allah SWT mendatangkan pasangan hidup yang memang terbaik untuk kita, untuk keluarga kita, untuk semua.

Tapi.. selain itu, usaha juga perlu.. ;-)

Pokoknya, yang menjalani hidup ini ya kita sendiri, jadi cuma kamu yang tau apa yang terbaik buat kamu. Jangan lupa selalu berdoa dan minta restu dari orang tua..