30 November 2008

h a r u b i r u

Kemarin aku berada dalam kelas yang kira-kira ada 30 orang perempuan duduk dan mendengarkan kuliah pagi dari seorang wanita. Ia membahas ttg pernikahan. Sebait kalimat yang ia sampaikan membuatku benar-benar haru biru, mungkin cara penyampaiannya yg terlalu dalam sehingga membuat aku ingin lari ke toilet dan menangis (tapi tentu ga aku lakuin). Ia berkata:
"Seorang ayah bertanggung jawab terhadap anak puterinya hingga ia menikah, namun ketika akad nikah berlangsung, ketika ayah kita mengucapkan 'saya nikahkan saudara....' dan sang calon suami menjawab 'saya terima nikahnya....', maka saat itu juga segala bentuk tanggung jawab akan beralih kepada suami, dan saat itu juga kita harus mendahului suami kita daripada orang tua kita sendiri."

Oh my God.. saat itu pikiranku langsung tertuju pada papaku yang sangat aku sayangi, dan tentu saja aku berpikir laki-laki seperti apa yang akan mendampingi hidupku nanti..? Aku ga boleh salah pilih, ini pilihan yang sangat berat..

Ketika pulang ke rumah, aku ngobrol-ngobrol santai dengan papaku. Lalu aku memberanikan diri bertanya "Pa, papa pengen punya menantu yang kayak gimana?"
papaku jawab "maksudnya?"
aku jawab lagi "ya papa pengen ade dapet suami yang gimana?"
Lalu dengan lantang papaku mengemukakan 3 hal (yang ga akan aku sebutin disisni ;-p) beserta alasannya tanpa ada keraguan sedikitpun disetiap ucapannya, begini katanya "pertama....., kedua......, ketiga....... dan selebihnya terserah kamu." (waktu itu aku mengetahui betapa papaku sangat sayaaaang terhadapku),
dan setelah itu papaku bertanya "kok nanya ini?"
lalu aku jawab "cuma mau nyocokin kriteria papa sama kriteria aku, biar ga salah pilih aja nanti."
Dalam hati sebenarnya ingin bilang "supaya papa ga kecewa dan ikhlas ketika harus menyerahkan aku nanti yang entah kepada siapa."

29 November 2008

ga suka ah..

Ketika orang tua yang kita sayangi bertanya dan berkata yang sebenarnya kita ga sukai, seperti:

"gimana sih..sidangnya koq diundur-undur terus. kapan mu beres skripsinya?"
dan aku jawab..
"ya ma, pa.. pasti bulan April wisuda deh..insya Allah"
Sudah bereskah? tentu tidak...masih banyak beribu pertanyaan dan pernyataan

Lalu..

"masa orang psikologi emosionalnya tinggi. katanya kamu dari psikologi, tapi koq gitu aja marah.."
dan aku jawab..
"Yah namanya juga manusia. seorang psikologpun bisa marah, apalagi aku yang lulus S1 aja belom.."

Lalu..

"kamu waktu SD rangking satu terus, sampe selalu dapet tiket pesawat gratis. eh, sekarang lulus aja telat"
dan aku jawab..
"yaa, itu kan dulu jaman SDnya di kupang. Lagian emang garuda indonesianya aja yang lagi ada promo, jaman sekarang mau lulus cumloud juga ga bakalan dapet tiket pesawat gratis"

Lalu..

"dipikir-pikir kamu mulai kuliah pas si najwa (ponakan aku) belom lahir, sekarang sampe dia udah sekolah kamu blm lulus2..?"
dan aku jawab..
"sekarang najwa umur 3,5 tahun. aku kuliah udah 4 tahun, 4 tahun mah wajar atuh. lagian najwa playgoup, TK juga blom"

Apa jadinya jika orang tua kita yang ga boleh kita lawan, mengatakan hal2 yang mengganggu pikiran. tetep harus disikapi dengan hati yang dingin.. mungkin maksunya untuk memotivasi kali yaa..?
Tapi klo boleh jujur pengen bilang ga suka ah.. hehehe... maap ya ma, pa

26 November 2008

Kangen

Sudah hampir setengah taun aku berada pada penyesuaian diri yang cukup hebat. Aku memuji dirku sendiri untuk ini. Selama hampir 6 bulan ini aku berkata "inilah jalan hidupku yang normal", tapi akhir akhir ini aku merasa aku ingin kembali pada jalan hidupku yang kemarin, yang aku jalani sekarang tidak normal, seperti rutinitas sehari-hari, kegiatan liburan, dll. Padahal semakin banyak temen, semakin banyak waktu buat keluarga, semakin banyak waktu buat sahabat, dll..

Aahhh... mungkin aku hanya kangen sama masa lalu.. itu tidak penting, sangat manusiawi aku punya rasa kangen. Dan yang penting sekarang adalah menata masa depan.
Kenapa ya aku kangen? mungkin terbuai karena masa lalu terlalu memanjakan aku. hehe..
Jadi intinya mungkin aku lagi pengen dimanja... heheheee...

It has gone

Sudah sejak lama
Tak ada lagi ocehan karena berada di garis E
Tak ada lagi cemberut karena banyaknya garisan seperti lukisan anak TK
Tak ada lagi rasa bosan karena seharian menunggu di tempat yang tak kusukai
Tak ada lagi kebingungan ketika kakakku menitipkan si abu-abunya

Tapi, baru saja ku tau bahwa
Tak ada lagi sandaran krem yang sejuk
Tak ada lagi irama keluar dari subwoofer yang sempat membuatku kesal
Tak ada lagi bulatan kecil bertuliskan JVC yang pernah hilang
Tak ada lagi si hitam lincah yang kusayang

Aku menyayanginya walaupun pernah disiram rasa cemburu yang hebat
Aku menyayanginya bukan karena kau tuannya, tapi karena aku sering memandikannya
Aku melepasmu, tak berharap kau melepasnya
Aku bertanya padamu, jika aku bertahan akankah dia masih ada?

Dia telah pergi.. Ingin aku berkata..
Maaf aku tak bisa merawatmu karena papaku tak mengijinkan
Semoga tuanmu saat ini menyayangimu seperti tuanmu yang dulu
Take care ya... kau pernah menemani hari-hariku & mengisi halaman rumahku
Maafkan aku terbiasa berbicara padamu yang mungkin tak mengerti

23 November 2008

Terima Kasih

Seorang 'guru' pernah berkata "biasakanlah untuk berterimakasihlah kepada sesama, karena ucapan terima kasih merupakan bentuk rasa syukur kita"
Klo yang aku tangkep disini adalah.. Hmm.. if i'm not mistaken, kita mendapatkan karunia dari Allah SWT lalu kita mengucapkan Hamdalah, tapi Allah menyampaikan karunianya itu melalui berbagai macam cara, salah satunya melalui manusia, jadi kita berterima kasih karena manusia itu telah menyampaikan karunia Allah kepada kita.

Terimakasih merupakan hal untuk membayar sesuatu yang tak bisa dibayar..
Misalnya, jika kita mau pergi naik angkot, lalu kapan kita membayarnya? Pas kita turun dari angkot? atau ketika ada kenek yang nagih ongkos ke penumpang? Ya kita bayar dengan rupiah..
Lalu bagaimana dengan jasa si supir angkot? ketika ia mau berhenti pas kita bilang 'kiri', dsb. Apa itu sudah terbayar? Sebagian orang mengatakan sudah, karena kita sudah bayar dengan rupiah? Logikanya, supir angkot beli premium dengan rupiah, wajar jika kita membayar pake rupiah.. Tapi jasanya yang kita bayar dengan ucapan 'terima kasih'. Jasa ketika ia bersedia berhenti jika kita panggil dan bersedia berhenti jika kita bilang 'kiri', bersedia nunggu kita ketika kita lagi nyebrang, jasa ia mau jadi supir angkot. Coba bayangkan ketika semua supir angkot mogok..

Contoh lainnya.. Kita minta uang ke orang tua kita untuk biaya kuliah.. (misalnya) "Pa, saya harus bayar semesteran, 1juta, ini rincian pengeluarannya.." kemudian sang ayah menjawab "Iya, nanti ya papa transfer ke rekening kamu sekalian uang bulanan".
Logikanya itu memang kewajiban seorang orang tua untuk membiayai anaknya. Aku yakin 100% bahwa orang tua tak mengharapkan imbalan apapun, mereka sadar sesadar-sadarnya bahwa itu merupakan kewajiban mereka. Tapi apa yang terjadi jika kita bilang "Makasih ya pa.." apalagi bilang "Makasih ya pa.. mudah-mudahan ini registrasi terahir, doain saya cepet lulus ya pa.." Aku yakin hati sang ayah menjadi biru, dalam hatinya ia ingin sekali memeluk kita, andai kita masih umur 7 tahun, pasti kita dipeluknya.

Ada banyak contoh lainnya di sekitar kita.. Jadi biasakanlah untuk mengucapkan 'terima kasih'
^_~

minta maaf

Tadi pagi-pagi aku udah dibikin kesel sama pengendara motor ga tau aturan..
Kan gini.. aku tadi parkir di pinggir jalan,jalan terusan buah batu, parkir paralel. Urusan beres dan aku mu masuk mobil, sebelum aku keluar diantara mobil aku dan mobil depan, aku cuma liat ke arah kanan, karena logikanya kendaraan dateng dari arah kanan. Pas aku mau buka pintu, ada motor dari arah kiri (ngelawan arus) dan ban motornya kena ke kaki aku, sakit sih ga seberapa, tapi aku kesel, dia tuh udah ngelawan arus, trus ga liat2 apa ya? Udah gitu yang nyebelinnya lagi, kita kontak mata cukup lama dan aku menantikan ucapan "maaf" dari mulutnya, tapi itu ga keluar.

Minta maaf tuh hal kecil tapi penting. Terkadang maaf dibilang percuma klo cuma dimulut doang, klo nantinya pada akhirnya kesalahan yang sama bakal diulang. Tapi daripada ga bisa bilang maaf? Kenapa sih kebanyakan orang susah banget bilang maaf..??

19 November 2008

terbatasnya otak manusia

Allah menciptakan manusia dgn akal dan pikiran. Untuk apa? jelas untuk menciptakan ide dan selalu berpikir. Namun ketika ada yang harusnya dipikirkan, segelintir manusia malas untuk memikirkannya (ini sih tipe2 orang yang ga mau tau). Contohnya, (maaf..) pemerintah tau bahwa ada sebuah organisasi yang mengelola anak jalanan, namun mereka tidak berbuat apa-apa atau tidak tau harus berbuat apa.

Namun, ada beberapa hal yang tak dapat kita pikirkan dan sayangnya masih saja kita memaksakan untuk memikirkannya. Terkadang ada beberpa hal yang tak bisa diukur oleh pikiran kita. Contohnya, seberapa luas sih jagat raya ini?

Sebenernya itu hanya intermezo dari apa yang mau saya tulis.
Beberapa minggu yang lalu saya sedikit terpaksa untuk pergi menemui teman saya yang katanya dia lagi suntuk berat, lagi banyak pikiran, dan intinya mau curhat. (mudah2an dia ga baca ini.hehe..). Saya sempet kaget mendengar ceritanya, ttg perasaan yang selama ini menghantuinya. "Akhir2 ini aku ga bisa tidur, takut ga bisa bangun lagi. Aku takut meninggal".
Sudah sekitar 1 bulan ia mengalami kegelisahan ini, dan selalu bertanya pada dirinya sendiri "kenapa aku selalu mikirin itu terus? ada apa dibalik ini semua? apa aku bener akan meninggal? menurut kamu gimana?".

Saya terdiam dan berpikir, sambil berkata "kita bahas pas udah makan ya.." (sambil ngelirik sepiring chicken cordon blue yang saya pesan.hehe..). Sebenarnya makan juga jadi tak tenang, karena saya sambil memutar otak, memikirkan jawaban apa yang akan saya berikan.

Akhirnya setelah selesai makan dia tanya "gimana?". Saya mengucapkan bismillahirrahmanirrahiim dalam hati dan mulai menjelaskan ....bla...bla...bla....
Intinya saya bilang pada teman saya itu bahwa Allah menciptakan kita dengan satu tujuan yaitu untuk menyembah dan mengabdi kepadanya, jadi ga perlu kita memikirkan kenapa?ada apa? dan bahkan kapan kita akan meninggal. Itu semua adalah rahasia Allah yang kalau kita cari tau jawabannya malah akan semakin mumet dan ga akan ketemu. Kita sebagai manusia carilah jalan agar dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Jadi coba untuk berhenti mikirin penyebab dari itu semua, tapi ayo mulai pikirin untuk meuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat nanti. Karena otak manusia yang super duper dasyat ini tak mampu melebihi kekuasaan sang pencipta otak ini sendiri.

Apa teman saya puas dengan ini? tentu tidak.. Tapi ga akan dibahas di sini, karena saya cuma mau membahas yang ini. hehe...
Contoh lainnya adalah.. para ilmuan dari bidang astronomi pun yang telah melakukan penelitian bertaun-taun ttg alam semesta ini, ahirnya menemukan satu kesimpulan, satu titik temu bahwa terdapat sebuah "invisible hand" yang mengatur alam semesta ini. Ya..mereka jadi semakin percaya adanya Tuhan.

Jadi berhentilah memikirkan hal-hal yang tak dapat dipikirkan, pikirkanlah saja hal-hal yang harus dipikirkan..! Karena ternyata otak manusia terbatas..

17 November 2008

Just want U to know

Just want U to know

U don't know me wide and deeper
So if U want, go on..!

If U will do it
I want tell U something

Promise me..

14 November 2008

anak istimewa

Setiap orang tua ingin anaknya terlahir sempurna, apalagi dengan sang anak, ia tak mau dan tak meminta dilahirkan dengan keadaan yang berbeda dari anak yang lainnya. Namun Allah yang maha adil memiliki rencana lain dibalik itu..

Teringat di sebuah yayasan anak luar biasa tempatku dulu bernaung, berbagi ilmu bersama teman dan sedikit membantu anak-anak yang kurang beruntung untuk dapat menjalankan aktivitasnya layaknya anak-anak normal. Sungguh banyak pelajaran yang dapat kupetik disana. Salah satunya dan yang paling melekat di pikiranku adalah kasih sayang dan kesabaran para orang tua istimewa.

Salah satu Ibu menitipkan anaknya yang mengalami autisma pada yayasan tersebut. Anak tersebut berumur 12 tahun dan berbagai pengobatan medis maupun terapi telah ia jalani, hingga sampai pada tangan kami. Ibu tersebut tak sekedar menitipkan, sebelum meninggalkan ruangan, ibu tersebut berulang-ulang mencium pipi anak perempuannya, dan berulang-ulang pula mengatakan pada kami "Saya titip anak saya ya mbak, kalo ngerengek biasanya minta kacang, ini kacangnya, kalau pipis dia bisa sendiri, kalau ada apa-apa panggil saya ya mbak, saya tunggu diluar.makasih ya mbak..". Dan setelah terapi berjalan beberapa kali, si Ibu tak pernah lupa menanyakan perkembangan si anak. "Mbak hari ini anak saya nakal ga? ada perkembangan apa? dirumah saya harus kasih latihan apa?"

Jika kami beritahu, misalnya "Alhamdulillah bu, anak ibu sudah mulai bagus konsep dirinya, dilatih lagi ya bu dirumah.." Sang Ibu senang bukan main? Aku melihat pancaran kebahagiaan dalam mukanya, walaupun disela kesedihan yang dipendamnya.

Seorang Ibu yang memiliki anak yang istimewa adalah Ibu yang istimewa pula. Dan aku merasa terhormat seorang Ibu istimewa mempercayakan anak istimewanya kepadaku.
Andai keadaannya berubah, sebenarnya aku ingin kembali menemani hari-hari anak-anak istimewa tersebut.. Andai..