"Saya ingin orang lain melihat saya itu seperti tidak pernah ada masalah. Terlebih ibu saya, saya gak mau ia melihat saya sedih."
Aneh, pikirku. Kata-kata itu masih bisa diucapkan dalam mimik wajah yang berseri. Kemudian rasa penasaran ini mendorongku untuk terus bertanya
"Terus dengan siapa kamu berbagi itu semua? Saya pikir kamu deket banget sama ibu jadi apapun yang terjadi dalam hidup kamu, kamu selalu share ke dia"
Sambil tersenyum lelaki itu berkata "Gini ya Rasty cantik, Ibu saya tuh udah sepuh, jadi masa saya harus membebaninya dengan masalah saya?Saya ingin di masanya sekarang ini, ia konsentrasi untuk beribadah. Paling anti buat saya untuk cerita semua masalah saya ke ibu saya. Biarlah ibu saya memandang saya sebagai Randi yang selalu bahagia"
Kata-katanya mengiringku kepada bayangan mama. Mama selalu jadi tempat keluh kesahku, sesaat aku berpikir? Apakah itu berarti membebani mamaku?
Hening sesaat.. lalu dia melanjutkan pembicaraannya
"Rasulullah pernah bertanya sama seseorang yang punggungnya penuh dengan memar dan lecet. 'Kenapa punggungmu?' lalu orang tersebut berkata 'saya habis menggendong ibu saya ketika kami dalam perjalanan, karena ibu saya sudah tidak mampu untuk berjalan' kemudian orang itu bertanya kepada Rasulullah 'Ya Rasul, apakah dengan keikhlasan saya menggendong ibu saya, maka saya sudah dapat membalas jasa-jasa ibu saya terhadap saya?' kemudian Rasulullah menjawab 'Kasih sayang ibumu tidak akan pernah terbalas oleh apapun, bahkan dengan kamu menggendongnya ber mil-mil sekalipun'. Kebayang gak Ras, saya yang hanya bisa memberi sebatas materi ke ibu saya, jauh daripada menggendong, jadi saya gak mau nambah beban pikiran ibu saya dengan masalah saya."
Ya Allah.. Subhanallah.. Cuma itu yang terucap dalam hati saya..
Laki-laki yang hidupnya nampak lurus-lurus saja ternyata menyimpan berbagai gejolak hidup.
Laki-laki yang selalu menjadi tempatku berkeluh kesah.
Laki-laki yang dapat menenangkan hati ini disaat marah, disaat emosi menguasai logika.
Ternyata..
Saat itu aku ingin bilang "Tapi kamu harus punya tempat untuk berbagi untuk itu semua"
Tapi kata-kata itu tidak bisa keluar dan akhirnya hanya ku telan kembali kata-kata itu.
Namun sunggh ingin kukatakan bahwa jika suatu saat kau butuh tempat untuk berbagi, jika kau percaya seperti aku mempercayaimu, maka aku sangat-sangat membuka diri untuk mendengar semua keluh kesahmu.. Setidaknya hanya mendengar..
Aneh, pikirku. Kata-kata itu masih bisa diucapkan dalam mimik wajah yang berseri. Kemudian rasa penasaran ini mendorongku untuk terus bertanya
"Terus dengan siapa kamu berbagi itu semua? Saya pikir kamu deket banget sama ibu jadi apapun yang terjadi dalam hidup kamu, kamu selalu share ke dia"
Sambil tersenyum lelaki itu berkata "Gini ya Rasty cantik, Ibu saya tuh udah sepuh, jadi masa saya harus membebaninya dengan masalah saya?Saya ingin di masanya sekarang ini, ia konsentrasi untuk beribadah. Paling anti buat saya untuk cerita semua masalah saya ke ibu saya. Biarlah ibu saya memandang saya sebagai Randi yang selalu bahagia"
Kata-katanya mengiringku kepada bayangan mama. Mama selalu jadi tempat keluh kesahku, sesaat aku berpikir? Apakah itu berarti membebani mamaku?
Hening sesaat.. lalu dia melanjutkan pembicaraannya
"Rasulullah pernah bertanya sama seseorang yang punggungnya penuh dengan memar dan lecet. 'Kenapa punggungmu?' lalu orang tersebut berkata 'saya habis menggendong ibu saya ketika kami dalam perjalanan, karena ibu saya sudah tidak mampu untuk berjalan' kemudian orang itu bertanya kepada Rasulullah 'Ya Rasul, apakah dengan keikhlasan saya menggendong ibu saya, maka saya sudah dapat membalas jasa-jasa ibu saya terhadap saya?' kemudian Rasulullah menjawab 'Kasih sayang ibumu tidak akan pernah terbalas oleh apapun, bahkan dengan kamu menggendongnya ber mil-mil sekalipun'. Kebayang gak Ras, saya yang hanya bisa memberi sebatas materi ke ibu saya, jauh daripada menggendong, jadi saya gak mau nambah beban pikiran ibu saya dengan masalah saya."
Ya Allah.. Subhanallah.. Cuma itu yang terucap dalam hati saya..
Laki-laki yang hidupnya nampak lurus-lurus saja ternyata menyimpan berbagai gejolak hidup.
Laki-laki yang selalu menjadi tempatku berkeluh kesah.
Laki-laki yang dapat menenangkan hati ini disaat marah, disaat emosi menguasai logika.
Ternyata..
Saat itu aku ingin bilang "Tapi kamu harus punya tempat untuk berbagi untuk itu semua"
Tapi kata-kata itu tidak bisa keluar dan akhirnya hanya ku telan kembali kata-kata itu.
Namun sunggh ingin kukatakan bahwa jika suatu saat kau butuh tempat untuk berbagi, jika kau percaya seperti aku mempercayaimu, maka aku sangat-sangat membuka diri untuk mendengar semua keluh kesahmu.. Setidaknya hanya mendengar..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar