09 Desember 2008

Logika lagi..?

Ada seseorang yang menanggapi tulisanku dibawah ini. Gini katanya..

"Tapi menurut gw yang namanya cinta itu harus didasari alasan logis. Apakah dia bisa aku cintai? Apakah dia bisa cintai aku? Apakah aku bisa membahagiakannya?"
"Dan pertimbangan untuk menikah adalah: Apakah aku bisa terima keadaan dia? Apakah dia bisa terima keadaanku? Apakah dia bisa memperbaiki aku dan anak-anakku? Apakah keluarga bisa terima? Baru kemudian cinta ditumbuhkan dalam pernikahan. Karena cinta itu fluktuatif, tetapi alasan logis akan tetap jadi alasan logis. Dan itu Insya Allah akan menjaga bahtera."
"Tapi kalau hanya mempertimbangkan rasa.. Gw siap untuk nikah hari ini juga"

Aku setuju sama pendapatnya.. (kecuali pernyataan dia yang paling terahir)
Tapi hei.. untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan logismu itu ada campur tangan perasaan disitu. Seperti misalnya "Apakah dia bisa aku cintai?" Apa pertanyaan ini bisa dijawab dengan alasan yang logis? Hoho.. (ditunggu ya alasan logis untuk ini)
Selain itu kita pasti sebelumnya memiliki 'rasa' (aku ga bilang cinta ya..) sebelum kita mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan logis itu. Kita ga mungkin kan menjcari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu dari setiap orang.
Logikanya, misalnya ada seribu perempuan, maka apakah kamu akan mencari jawaban dari pertanyaan "Apakah dia bisa aku cintai?" dari seribu perempuan tadi? Pasti ga kan? Pasti ada pilihan untuk itu.. Nah, darimana kita bisa memilih? Apa logika bisa memilihkan untuk kita? Hehe.. kalo aku sih sebuah 'rasa' itu tadi yang memilih..

Tapi.. yah, aku ngerti.. aku sedikit paham tentang perbedaan otak laki-laki dan perempuan. Jadi aku ga memaksa kamu untuk meng-iya-kan pernyataan aku ini. Toh aku juga relatif setuju sama pendapatmu yang serba logika..

NB: Gpp koq kalo mau bantah gw.. ;-P

4 komentar:

Anonim mengatakan...

banyak yang membicarakan arti cinta. Buat penulis, ini hanya sebuah pendapat juga tentang cinta.
Cinta itu adalah keihklasan..
keikhlasan berbuat ..
keikhlasan untuk saling menerima kelebihan...
keikhlasan untuk saling menerima kekurangan yang disatukan dalam suatu jalan.
Bukan sekedar rasa saling suka (walaupun emang ini jadi sebuah awal), bukan karena orang itu sekedar cakep, cantik rupanya, kaya, punya jabatan.
Pertanyaan seperti diatas, maaf, kadang yang membuat orang jadi ragu untuk melangkah sekalipun memang patut utk dipikirkan. Logika memang bermain disini. Tapi Marilah kita berkaca pada agama, jadi jangan takut untuk melangkah di jalan Allah, sudah ada pedomannya..

Cinta adalah panggilan hati, ekspresi dan konsekuensi, begitulah kata Kahlil Gibran dalam syairnya:

Apabila cinta memanggilmu, ikutlah dia
Walau jalannya terjal berliku-liku
Dan pabila sayapnya merangkummu
Pasrah dan menyerahlah
Walau pedang yang tersembunyi
Disela sayap itu melukaimu?


ps: Kahlil Gibran bukan muslim, ini cuma menunjukkan arti cinta saja.

Islam memandang panggilan hati, ekspresi dan konsekuensi cinta ilahi, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para sahabat. Al Jauziyah menggambarkan betapa tulusnya cinta tersebut sebagaimana syairnya:

Kupunya sekeping hati yang ditebari cinta
Karena cinta dia rela menghadap penyiksa
Cinta merebut dirimu dengan pengorbanan jiwa
Kan kutebus pula sesuatu diatas jiwa

Mari kita lihat surat At-Taubah ayat 24, Allah berfirman :

Katakanlah: "jika bapak-bapak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu sukai daripada Allah dan Rasulnya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya."

Disini bisa kita ambil tentang makna cinta. Cinta sesungguhnya adalah cinta kepada Allah, itu mutlak. Cinta sesama manusia itu sekadarnya saja. Seperti nasehat Imam Ali bin Abi Thalib r.a :
"Cintailah kekasihmu sekadarnya saja,karena bisa jadi pada suatu hari dia akan menjadi orang yang membencimu. Dan bencilah orang yang membencimu sekedarnya saja, karena bisa jadi suatu hari dia akan menjadi kekasih kamu".

Manusia, gak bisa dipungkiri kadang takut untuk melangkah kesana (pernikahan). Terlalu banyak pertimbangan yang bisa membuat gagal. Keraguan, pekerjaan yg kurang jelas, pendapatan, sikap ini, sikap itu. Kadang itu semua yg dijadikan hal yg utama untuk melangkah kesana, sekalipun gk bisa dipungkiri itu juga patut utk dipikirkan. Jika kita sudah niat, yakinlah Allah akan membantu jalan kita, tentunya dgn ikhtiar juga. Kita niat untuk nikah untuk melengkapi separoh ibadah dalam agama kita bukan? itu adalah hal yang sangat mulia. Sebagaimana hadits Rasulullah saw:

"Barangsiapa Menikah,maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi”. (Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim).


Semoga kita sama-sama memahaminya, mengekspresikan dengan benar dan tidak terlena karenanya. Karena terkadang cinta itu hanya menjadi sebuah nafsu. Wallahu A'lam Bisshawab!

cheen_tha mengatakan...

walah....komentar yang sangat panjang...
mungkin aku ga akan berkomentar banyak seperti komentator sebelumnya, hanya ingin mengemukakan pendapatku secara pribadi.

kenapa ya?setiap kali pikiran kosong, yang ada cuma dia saja?entahlah..
mungkin karena kita tidak punya kesibukan yang sangat menyita perhatian kita.. so..vesti..mungkin dengan lebih konsen ngerjain skripsi..bakal bisa mengalih kanperhatian kamu..meskipun aga susah ya bu? ^_^

menurut aku..seseorang yang menanggapi tulisan kamu itu bener..karena itu sama bgt dengan yang aku pikir. aku sempet mikir..apa itu aku ya yang nulis??
tapi kapan ya?yah..baiknya aku berpikir itu bukan aku saja..
tapi aku setuju dengan pendapatnya.
hanya saja..ada beberapa pertimbangan lebih lanjut buat aku..

pertama dan utama, sang pria haruslah mencintai kita dengan segenap hatinya, istilahnya mungkin cinta mati. karena, siapa sih cewe yang ga luluh dapat perhatian super intensif dari seorang pria yang baik dan mencintainya dengan sepenuh hatinya?

kedua, ini sih gw bgt!
kita harus yakin..apakah kita sebagai perempuan BISA mengHANDLE dia sebagai laki2???dalam keadaan apapun.apakah dia lagi senang, sedih, down, marah, frustasi, putus asa, dan desperado gila2an..
dan juga...apakah dia juga BISA mengHANDLE kita sebeagai perempuan yang kadang2 berada dalam mood yang ga jelas..dan membutuhkan perhatian sejuta umat..hehe.yah,istilahnya kita butuh perhatian yang cuma buat kita..
kalo itu udah ok..yah knp g?

ketiga..mungkin berasa cewe matre ya?tapi materi itu penting..at least..apakah kita yakin dengan keadaan ekonomi yang kita berdua miliki akan menyokong kehidupan kita berdua nanti?apalagi pada saat hamil dan melahirkan...terlebih saat sudah ada anggota keluarga baru yg butuh pendidikan..

nah itu sih ves..
tentu saja rasa itu perlu..
tapi..selama kita sudah memiliki rasa SUKA aja dulu..kayanya ga jadi masalah buat aku untuk menikah dengan seorang pria yang tentu saja..memiliki 3 tambahan tadi..hehehhe

walah..jadi panjang juga nih...
sory deh..
^.^

Anonim mengatakan...

wah, komentar yg bagus dari mbak cheen_tha..

menanggapi komentarnya, perlu digarisbawahi mungkin ya.. Kalo diliat tulisan penulis, pertanyaan2 yang muncul adalah sebuah keraguan. Keraguan untuk melangkah & mengambil sikap. Kita sbg manusia memang tidak akan tahu kejadian yang akan datang di masa mendatang. Pertanyaan keraguan itu : "Apakah aku bisa terima keadaan dia? Apakah dia bisa terima keadaanku? Apakah dia bisa memperbaiki aku dan anak-anakku? Apakah keluarga bisa terima? "
Mungkin pertanyaan2 itu gak akan ada jika kita sudah niat sungguh2.

Tentang poin2 yg disampaikan mbak cheen_tha itu memang diperlukan dalam suatu hubungan antar sesama. Cinta dan kasih sayang memang perlu. Islam juga mengajarkan dasar2 itu. Hablumminaallah & Hablumminannas..

Poin kedua, tidak cuma dari sisi pihak perempuan yg butuh perhatian, pihak laki-laki pun butuh perhatian juga. :-D. Intinya saling perhatian & pengertian yang cukup, insyaAllah hubungannya akan nyaman.

Tentang poin ketiga, saya rasa itu bukan matre ya kalau buat kehidupan bersama kelak. Laki-laki sebagai pihak kepala rumah tangga tentunya harus bertanggung jawab akan hal-hal yg disebut diatas. Apalagi jika sudah mempunyai niat untuk berumah tangga, pihak laki-laki sudah siap dengan segala konsekuensinya utk itu. Materi memang jadi faktor penunjang kehidupan kita, tapi jgn terlalu dipermasalahkan. Yang penting ihtiar & berdoa, insyaAllah rejeki diberi selama kita deket dengan-Nya.

Manusia terkadang takut untuk melangkah melengkapi separuh ibadah dalam agama kita itu karena muncul pertanyaan2 & pemikiran2 yang insyaAllah itu bukan masalah utama. Yang penting disini adalah niat, ihtiar dan do'a. Berkacalah pada agama, insyaAllah keraguan2 itu akan sirna.

Wallahua'lam..

ps: ini sepertinya masalah pribadi penulis yah? no offense ya mbak. Kita sharing aja disini. Jangan takut untuk melangkah kesana. ;-D.

Vesti mengatakan...

Makasih ya shinta... lu emang bener... lu emang sahabat terbaik gw..
Hmm.. tapi nampaknya dari tadi ada yg mengatakan bahwa, saya memiliki keragu-raguan, dsb. perlu ditekankan bahwa terlepas dari masalah pribadi atau bukan itu gak mungkin saya umbar disini. saya juga perlu menjaga privasi rekan2 saya yg menjadi inspirasi penulisan blog ini, maupun privasi saya sendiri.
hehehe.. makasih atas komennya ya.. menarik dan saya relatif setuju.