Ubung yang saat itu masih berusia 5 tahun sudah dididik untuk hidup tertib dan mandiri. Ia adalah bocil –bocah cilik- yang cerdas, berani dan cukup kritis. Dengan kepolosan khas bocil, ia berani bertanya hal-hal yang paling masuk akal seperti “kenapa semut jalan berbaris?” hingga pertanyaan absurd seperti “kenapa mama cemberut kalau papa tersenyum kepada tetangga sebelah?”. Ia juga paham ketika mamanya sedang tidak mood memberinya sebotol susu coklat favoritnya (sebenarnya yang menjadi favorit adalah botolnya bukan susu coklatnya), ia juga sangat paham bagaimana cara merayu mamanya agar ia dapat memenuhi kebutuhan oralnya dengan dot berisi susu coklat. Ia juga sudah hafal kata-kata mamanya “harusnya kamu sudah ga boleh ngedot lagi, minum susunya pake gelas aja ya?” lalu entah mengapa ia mendapatkan jawaban yang jitu ketika itu “kalo susunya pake gelas, nanti malam aku tidurnya sama mama papa, ga mau di kamar sendiri”, terkadang dengan jawaban itu, mamanya akan memberikannya dot. ‘berhasil’ pikirnya.
Itu adalah cerita singkat mengenai pribadi si ubung, bocil berumur 5 tahun.
Suatu hari, pada malam hari ketika ingin tidur mamanya mengingatkannya untuk sikat gigi. Dengan terkantuk-kantuk ia berjalan menuju kamar mandi, mengambil balok kayu dan naik diatasnya, hingga ia bisa mencapai sikat giginya. Ketika selesai sikat gigi, ia enggan turun dari balok kayu karena ia melihat sebuah kecoa kecil. Oooough, ubung sangat jijik sama kecoa, katanya ia pernah bertatap dengan kecoa dan mukanya sangat menjijikan. Ingin sekali ia teriak, tapi saat itu gengsi kelaki-lakiannya mendadak naik, “ah, cuma curut, bukan yang besar”. Menurutnya curut adalah sebutan bagi kecoa kecil. Dan seketika dia berkata kepada si curut “aku ga takut, kita sama2 anak kecil, sini kamu kalau berani”. Dan entah mengapa si curut berjalan mengintari balok kayu tempat si ubung berdiri, seketika ubung panic, ia mengambil segayung air dan menyiram curut dengan tidak terarah. Akhirnya setelah sekian lama, curut itu kalah, ia kebalik. Ubung girang, namun ia masih belum berani turun dari balok, karena curut masih bergerak-gerak. Ia bingung, tak lama matanya tertuju pada cairan biru di dalam botol plastic bertuliskan ‘mouthwash’. “papa suka hampir minum ini, tapi dibuang lagi karena rasanya pasti ga enak” pikirnya. Ubung kemudian mengambil botol tersebut dan membukanya, “uuuh baunya ga enak, curut mau?”. Lalu byur, ia menyiram si curut dengan mouthwash tersebut. “iiiiihhhh… curut keluar ee’nya..” ia teriak, tapi teriakan itu tidak membuat curut berhenti bergerak, curut justru semakin heboh gerakannya, dengan kaki diatas dan puggung dibawah ia bergerak memutar, “curut lagi breakdance ya?” kata si bocil tersebut sambil tertawa. Kemudian dengan penasaran ia menyiram curut sekali lagi denagn mouthwash, byur.. Lalu, tiba-tiba curut diam, badannya seketika kaku. “Curut, kok diem? Maaf ya aku mau tidur, udahan dulu ya main-mainnya” ujar si ubung sambil turun dari balok kayu dengan hati-hati.
Keluarnya dari kamar mandi, mamanya bertanya “kamu kenapa tadi main air?” si ubung hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala. Mama papanya mengantar ia ke kamar tidurnya, papanya membantunya naik ke tempat tidurnya dan mamanya menarikkan selimut hingga dadanya. Kemudian secara bergantian mereka mencium dahi ubung, sambil berkata “selamat tidur, kita main lagi besok ya”.
‘klik’ lampu dimatikan, ‘klek’ pintu ditutup, tapi mata ubung belum bisa terpejam, ia memikirkan si curut. Apakah si curut mati? Apakah ia dosa?, akhirnya pikiran itu membuat ia lelah dan iapun tertidur dengan sendirinya.
Keesokan paginya ubung bangun dengan riang, ia lupa akan masalah curut. Ia sarapan, minum susu sambil nonton kartun. Mamanya berkata “ayo ubung mandi sama papa sana” lalu ubung berkata “aku masih nonton kartun ma, papa mandi sendiri aja, nanti telat ke kantor kalo nungguin film kartunnya beres”. “ya udah papa mandi duluan ya, nanti ubung belajar mandi sendiri ya” sahut papanya. “iya, biasanya juga ubung bisa kok sendiri”.
Setengah jam kemudian, ia sudah tidak tahan dengan bau badanya sendiri, lalu ia beranjak ke kamar mandi. “ma, aku mau mandi sendiri aja, air hangatnya sudah?”
“sudah” sahut mamanya.
Byur-byur.. suara percikan air khas bocil terdengar dan membuat mamanya senyum-senyum sendiri. Ubung memang menikmati saat2 bermain air, selain kolam berenang, tempat faorit keduanya adalah kamar mandi tanpa mama atau papanya. Ketika ia sudah merasa bosan mendengar celotehan mamanya “ayo bung, udah mandinya, tangannya keriput lho”, dengan terpaksa ia menyudahi ritual mandinya. Ketika ia akan keluar kamar mandi, ia melihat seekor kecoa besar sedang berjalan menuju pintu. Ia tertegun karena takut, otomatis ia menjadi terpaku, hanya bola matanya saja yang bergerak mengikuti arah jalan si kecoa besar itu. Kecoa itu berjalan ke atas, merayap di tembok, baru kali ini ubung melihat kecoa bisa berjalan di tembok, “kirain cuma bisa jalan di lantai sama terbang doang, taunya bisa jalan di tembok juga ya?”. Kecoa itu terus berjalan naik dan berhenti di atas pintu keluar, persis diatas pintu. “wah kesempatan nih, kecoanya diem, aku keluar sekarang ah” pikir ubung. Ia lalu berjalan perlahan menuju pintu tetapi matanya tak terlepas dari kecoa, ketika ia sudah meraih gagang pintu, tiba-tiba kecoa besar itu terbang, terbang seperti menjatuhkan diri persis mengenai kepala ubung. Sontak ubung kaget, ia teriak sejadi-jadinya dan menggoyang-goyangkan kepalanya berusaha melepas kecoa besar itu dari rambutnya. Mamanya panic, berlari kearah ubung, merangkulnya dan menyibakkan kecoa besar itu dari rambut ubung yang tipis. “hush..hush..”. akhirnya kecoa itupun pergi dari rambut ubung, entah terbang atau bagaimana, ubung tak peduli, yang penting kecoa itu hilang. Ia shock, mamanya ikut-ikutan shock, mengetahui ubung sangat takut dengan kecoa mamanya menenangkannya. Dipeluknya ubung yang masih terbujur kaku menahan tangis, “ubung mau nangis? Nangis aja, setelah nangis, ubung ga boleh takut lagi sama kecoa, karena semakin ubung takut semakin di kejar sama kecoa”. Mamanya menyodorkannya susu coklat yang dibalut botol dot favoritnya. Tapi ia sama sekali tidak tertarik menyentuh dot itu.
Ubung si bocil sibuk dengan pikirannya sendiri. Kecoa besar itu adalah ibu dari si curut yang kemarin ia bunuh, ibu kecoa itu melihat ia membunuh curut, maka sang ibu kecoa berniat untuk balas dendam. Ibu kecoa balas dendam atas dasar rasa sayang terhadap anaknya si curut.
Ubung menatap mamanya, mamanya melindunginya, menenangkannya akan ketakutan, itu semua karena mamanya sayang ubung. Ubung si bocil, memeluk mamanya dan berkata “ibu kecoa aja sayang sama anaknya, apalagi mama pasti sayang sama aku” dan ubungpun menangis tersedu-sedu. “aku sayang mama. Huuu huuu huuu.. “ Mama ubung memeluk dan mengusap-usap rambut ubung sambil berkata “iya.. mama juga sayang ubung, sayang sekali..” tapi disisi lain mamanya berpikir “kenapa ya ni bocil?”
Finished at 14th January 2010, 23:15
-Artisti Vesti-